Monday, October 26, 2015

For the last..

Di secarik kertas ini, aku hanya ingin menyampaikan terimakasih, untuk kamu pria berkemeja putih.. 



yang pernah menggoreskan tinta penuh warna di selembar gurat kisahku..
yang pernah mengajari ku tentang proses merakit sebuah angan.. 
yang peluknya mampu mengalahkan jutaan emosi tanpa alasan..
dan yang jemarinya mungkin akan ku lepaskan secara perlahan..


Aku belajar menuliskan pelangi, setelah scenario tuhan mulai beranjak pergi..
janjiku kepada tuhan, agar menyudahi perasaanku tanpa air mata, tanpa pula kata kata..



Mungkin seperti layaknya jangka, Aku mengitarimu dalam doa dan rindu sebagai pusatnya..

Semoga setelah aku, ada beberapa lain nya yang bisa kamu bahu..
lalu pilunya dapat mengalahkan luka ku..



Wahai kamu pria berkemeja putih, sampai bertemu di lain waktu, yang tidak bisa aku tentukan.. di penghujung doa dan segala pengharapan yang selalu aku panjatkan. 
serta di sehelai kisah baru yang mungkin akan tuhan tuliskan..





Friday, November 14, 2014

KETIKA AKU BERETMU RINDU

Cara yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya, tentang dia yang datang untuk menggantikan malam dengan pagi . tentang ribuan detik yang menawarkan cerita dengan sebuah janji, tentang degup jantung yang menjadi arti dari sebuah melodi, dan tentang memory yang mulai pulih kembali..



Selepas kehadirannya, aku selalu bertemu dengan rindu, ia menanyakan, “bagaimana kabar tentang hatimu”? lalu ku jawab. “hati ku kini dinina bobokan dalam mati suri”.

Wahai kamu lelaki berkemeja putih, ketahuilah bahwa aku menyimpan sepercik bungkam pada goresan ragu. Aku yang membiaskan sebersit tawa di kedua pelupuk mata. Dan aku pula yang akan menggoreskan pena di selembar daun senja.


Tuhan, aku tak pernah sesemangat ini untuk menemukan jalan pulang, karena pulang kini menjadi makna baru untuk rindu bertemu pemiliknya, Sebuah rumah yang menempati separuh renta dari otakku, sebuah tempat yang menawarkan bau gerimis di sepenggal waktu ku.



Kini aku menemukan tangan yang bisa selalu aku genggam dalam gelap. Sepasang mata yang merekam langkah untuk melihat ke setiap sudut arah, sandaran bahu yang mempersilahkankan aku untuk bisa selalu mengadu, dan kedua pelupuk yang membawa ku kedalam hangatnya sebuah peluk...




by : Ayunda Larassati

Monday, January 6, 2014

RUMIT



Terasa hari ini semua makin menjauh . satu yang membuat ku dekat adalah tempat yang pernah kita singgahi untuk saling mengingat. 

Ketika aku duduk di meja yang sama, kopi yang sama, kamu yang berbeda, dengan percakapan hangat yang telah tiada..


Aksaramu masih berkutat melemahkan sebagian otak ku, ceritamu masih menyeruak di dalam relung batinku. Siluet senjamu masih menghantui hari hariku, dan kau meninggalkan aku..
Di permukaan mataku kau menuliskan sendu, kau dan aku begitu fasih menghancurkan pilihan. Namun tak pernah tahu bagaimana cara saling memulihkan..

Kita begitu hafal bagaimana cara saling menemukan, tapi tak pernah mengingat bagaimana cara saling menghafal..



Jejakmu terekam, jejakmu tak pernah bungkam. Ku  relakan setiap detail warna klasik di bola matamu. Ku goreskan sebagian tinta pelangi di dalam garis senyum mu.  ku biarkan senja menjadi pagi, dan ku mulai lelah menantimu untuk kembali..

Satu persatu dari mereka datang, untuk menyudahi luka yang berkepanjangan. Seorang dari mereka berkata “lupakan dia dan pilih aku”. Ada pertengkaran kelit di sudut memori, ada sayatan rumit di sela jemari. Ada kamu di dalam hati. Tapi entahlah aku tak mau mengingatnya lagi..



Tuesday, November 26, 2013

RINDU YANG DITINGGAL PERGI


Sampai hari ini kamu masih berada dalam siluet ku, masih jelas rona matamu tergambar dalam ingatanku. Bagaimana cara kamu berbicara, cara kamu tersenyum, cara kamu bercanda atau ketika kamu bilang aku tidak suka. 






Aku adalah orang yang selalu memantau goresan di pelupuk nadimu, aku juga orang yang ingin mengenal masa lalumu, Aku adalah melodi yang kau ciptakan untuk mengatakan kalau semua akan baik baik saja. Melodi yang akan menyentuhmu dengan hangat, sampai kamu terlelap dan akan terus mengingat




Semua pernah merampas nafsuku sepersekian detik . waktu panjang yang tak kan pernah kembali, memori kecil yang enggan untuk diingat lagi, adanya aku atau kamu yang kini berbeda dan beberapa percakapan hangat yang telah tiada.



Suatu hari aku pernah terbang melayang, berlari mengejar dan mundur seketika. Hatiku dulu pernah jatuh dan pecah, pernah ku rakit, berangsur pulih dan utuh kembali. Degupku seringkali mendengar detakmu, mereka berbicara dalam sebuah bahasa yang tak dimengerti oleh otak ku. Rinduku pernah mengusap air matamu, memeluk siluet kosong yang ada di se-peribuan detikmu, membuat ku jatuh dan terpisah jauh darimu



Entah salam apa yang harus ku titipkan kepada tuhan untuk menyampaikan surat kecil untuk hatimu. entah rasa apa, rasa terimakasih apa yang akan aku ucapkan karna pernah mengenal sesosok kamu. kini waktu yang harus membawaku jauh untuk melangkah pergi, dengan setitik rindu yang mungkin akan membawaku untuk mengenangmu kembali.




Friday, November 23, 2012

Candu itu Rindu


Hujan selalu membawaku ke sebuah dinding waktu. dimana tiap bulir embun mu menyeruak masuk di sela isi sela kepala. Tuhan.. kau ciptakan setetes bulir hujan bukan sebagai mesin pengingat masa lalu kan? Biar kuhirup aroma mu lebih dalam, lebih diam, dan membuat kumerasa jauh lebih tenang..


Awan menjadi kelabu, langitmu kian berseru, kemudian terlihat tetes gerimis, lalu datanglah kamu..

Biarlah melodi hujanmu membuat aku terlelap dalam gelap, membangun jalan menuju mimpi, membangkitkan mataku untuk melihat pagi, pertanda tuhan masih membiarkan aku untuk tersenyum kembali..


Kalau diperkenankan, ingin sekali rasanya ku patahkan sebagian memori ingatanku, untuk tidak menangkap siluet yang bernama rindu,  biarlah aku terdampar membeku di sebuah garis pantai lepas, agar jarak pandangku terlihat  tanpa batas. Melihat air laut jernih membiru, menerawang keberadaan makluk kecil yang saling bercumbu. Membuat garis dengan sebatang kayu.. lalu kemudian aku lupa dengan kamu..




Sebenarnya aku mulai lelah memilih, mulai lelah memulai, dan mulai takut untuk mencari siapa yang terbaik diantara mereka. Sampai kapan aku harus di pertemukan pada beberapa orang yang salah. hai tuhan, jodoh itu seperti apa? Mengapa begitu banyak langkah terjal untuk menuju sana..

Bagaimana aku tahu kalau rindu itu ada, satu satu nya jalan agar aku bertemu rindu adalah mencium wangi tubuhmu hingga aku mencandu. Tugasmu sekarang adalah membuat aku lupa, membiarkan aku tidak ingat apa apa. Melepaskan genggam yang sempat terluka dan mendoakan aku selalu bahagia..



Friday, September 14, 2012

KOTA CANTIK YOGYAKARTA




Senja menyenggolku dengan sengaja dari ufuk timur, ketika aku, dinda, achi dan nji akan menempuh jakarta menuju kota ramah bernama jogja dengan menggunakan kereta api. Sebersit langkah kecil kutinggalkan disini, dengan canda yang mengiringi keberangkatan kami..

                     *sisa senyum lelah di tengah perjalanan menuju kota cantik bernama jogja

*aku dan dinda



Wajah lelah bercampur mata yang bergelayut dengan cepat berganti senyum semeringah, ketika melihat papan besar yang bertuliskan stasiun lempuyungan. ku tatap mega mentari penuh seri, lalu kuhirup sejuk aroma udara khas sekitar jogja yang menelusuk jutaan rindu yang membeku.

                                               *stasiun lempuyungan JOGJAKARTA!

Singkat cerita, aku bersama mereka yang bersahaja, penuh semangat untuk menuju sebuah pantai di ujung kota jogja, peluhnya mampu merangkulku untuk berpelukan dengan alam. Sejentik kesunyian buyar melalui deburan ombak yang kulihat beriring dari kejauhan. Langkah kakiku mulai bergegas dan membuat jejak tipis di bawah kanvas terbesarku yang bernama langit.

*Pantai SIUNG


                                                      *aku, mereka, dan pantai


                                              *(jack, ayunda, nji, adinda, achi, kodok)

Ku tatap sekitar pantai sepi, ku perhatikan damai birunya laut, tenangnya suasana mampu membuat darahku berdesir hebat hingga terpikat. Rasanya ingin terus ku merasa seperti ini. Bahkan hingga bulir laut habis diserap bumi. Tak akan ku lewatkan gurat siluet sempurna tanpa sebuah jepretan kamera melalui bias lekuk pagi yang tuhan pancarkan dalam sebuah garis pantai tipis nan eksotis.

*akan kuhapus garis cakrawala, agar matahari tidak tenggelam...

                                       *sebersit canda yang menangkap sebuah cerita 

                                 *aku ingin menjadi seekor burung yang lepas tanpa batas


Salah satu temanku sedikit berceloteh dan mengajak ku mendaki sebuah tebing, masih di pantai bernama siung. dia bilang “coba daki, dan akan kau tenemukan segores warna indah dibalik ini”. Ku ikuti jejaknya, langkah demi langkah menata jalan menuju puncak dengan bertelanjang kaki.


Jari jari ku mulai sedikt terluka sedikit teriris perih, karena tertusuk kerangka tebing curam. Kami saling membantu untuk menuju puncak goresan pelangi di ujung pendakian ini.


                                    *dan akhirnya kami pun mencapai puncak

Sesampainya di ujung tebing, lelahku terbayar, perih ku hilang, bibirku rumit tak dapat berkelit, dan badan ku diam tak dapat berkutik. Masih terekam di imajiku betapa cemerlangnya debur suara laut menghantam kerasnya karang.  Rasanya ingin ku menghapus garis cakrawala agar matahari tak tenggelam, Mata tak terpejam ,dan siang tak berganti malam..



Wednesday, August 8, 2012

KAMU


Sesuatu yang berbeda menghampiri, ketika sesosok kamu datang mengarah dihadpku dengan tiba tiba.  Menjelajah relung ku yang sedang gundah menelusuk sepi. 

Suatu hari kita bertemu tak terduga. Detik menit pun berlalu begitu cepat untuk ku lalui. Ketika aku hanya melihat sekilas dari siluet bayang wajahmu. Karena saat itu ada seseorang yang tengah menungguku untuk segera pulang. Sedikit ku selipkan kata dan senyum kecil untuk seorang pria misterius sepeti kamu. Kusapa dengan hangat, lalu ku rekam mimik serta bicaramu sepanjang celoteh yang kau lontarkan, berharap kamu merasa nyaman walau bertemu hanya sepenggal waktu. 



Maaf ya, jika aku mengingkari janji yang sebelumnya akan menghabiskan cerita di sepanjang siang ini. Jika kau tahu, saat itu rasanya aku seperti dicekik oleh tanda tanya besar bercampur rasa sesak, yang memang sebenarnya aku tak tahu harus bagaimana. Beberapa kali menghitung dan memandang ke arah ribuan detik jam serta angka dalam calender kecilku.

Ajakanmu kali ini memang tak berbelit rumit. Caramu berbeda dari biasanya, dan aku suka itu. telah kusiapkan pakaian yang akan ku pakai ketika bertemu sosok yang membuatku lain dari biasanya. Ingin terlihat sedikit berbeda mungkin. 


cerita  membawaku berlalu hingga detik ini. Pernah terbersit untuk mengehentikan waktu, dimana rasa yang kita punya berjalan beriring sejalan di sepanjang perjalanan. Memang kau yang merubah diam menjadi tawa, yang menyulap airmata menjadi se titik senyuman manja. Yang membuka hati setelah sekian lama tak tersentuh. Kamu itu.. misteriku, nafas keduaku, bulir nadiku, dan tolong sapa aku di dalam ruang gerakmu.